Kamis, 27 Oktober 2011

askep anak kurang kalori protein

A.     Definisi
Suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat  (Klaus & Fanaroff. 1998 )
Tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh ( Suriadi & Rita. 2001 )
B.     Klasifikasi
1)     Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
2)     Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah
C.      Etiologi
  1. Marasmus
a)     Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian makanan.
b)     Penyakit metabolik
c)      Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya
2.      Kwashiorkor
a )  Diare yang kronik
b)    Malabsorbsi protein
c)    Sindrom nefrotik
d)    Infeksi menahun
e)    Luka bakar
f)     Penyakit hati.
D.  Manifestasi Klinis
  1. Marasmus
a)     Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b)     Pertumbuhan terganggu
c)      Berat badan anak menurun
d)     Jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput )
e)     Hipotoni akibat atrofi otot
f)       Kulit keriput
  1. Kwashiorkor
a)     Anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatis dan koma.
b)     Pertumbuhan terlambat
c)      Udema
d)     Anoreksia dan diare.
e)     Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f)       Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g)     Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h)      Anak mudah terjangkit infeksi
i)       Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
E.      Patofisiologi
    Penyakit malnutrisi dengan kekurangan kalori protein atau tidak mencukupinya makanan bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus dan kwashiorkor
    Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan karena kekurangan protein baik dari segi kwalitas maupun kuantitas.  Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh hati.  Kulit akan bersisik dan

kering karena depigmentasi.  Anak dapat mengalami gangg. pada mata karena kekurangan vit. A.  Kekurangan mineral khususnya besi,kalsium,dan seng.  Edema yang terjadi karena hypoproteinemia yang mana cairan akan berpindah dari intravaskular kompartemen ke rongga interstitial yang kemudian menimbulkan acites.  Gang. gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel acini pankreas
    Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori.  Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subcutan dan badan tampak kurus seperti orang tua.  Pada marasmus metabolisme agak terganggu daripada kwashiorkor, sehingga kekurangan vit atau tidak ada.  Pada marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hypoalbuminemia atau retensi sodium.  Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi
F.      Penatalaksanaan
  1. Diit TKTP mineral dan vitamin
Makanan tinggi kalori tinggi protein 3,0-5,0 g/kgBB
Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/har
2.    Pemberian terapi cairan dan elektrolit
200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor
250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
  1. Penanganan diare bila ada



DIIT
·         Modisco
ü  Modisco I
ü  Modisco II
ü  Modisco III
·         Bubur Tempe
MODISCO I
Bahan                        : Susu skim 10 g atau full cream 12 g, Gula 5 g, Minyak 5 g
Nilai Gizi       : Energi : 100 kal, Protein : 3,6 g, Lemak : 5 g
Catatan          : Diberikan kepada KEP berat dengan Edema,100 kkal/kg BB/hari
MODISCO II
Bahan               :Susu skim 10 g atau full cream 12 g, Gula 5 g, Margarin 5 g
Nilai Gizi       : Energi : 100 kal, Protein : 3,6 g, Lemak : 4 g
Catatan          : Diberikan pada KEP tanpa Edema,125 kkal/kg BB/hari
MODISCO III
Bahan            :Susu full cream 12 g (1 1/4 sdm) atau susu segar 100 g (1/4 gelas), Gula 7,5 g (11/4 sdt), Margarin 5 g (1/2 sdm)
Nilai gizi        : Energi : 130 kal, Protein : 3 g, Lemak : 7,5 g
Catatan           :Diberikan setelah Modisco I dan II, 150 kkal/kg BB/hari, Pemberian makanan sesuai umur, selera, daya cerna, disamping pemberian Modisco
Sumber : Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo
Cara Pembuatan Modisco
Modisco I:
Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/panas.
Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Saring dan minum hangat-hangat
Modisco II:
Larutkan margarin dalam air.
Larutkan susu dan gula dalam air.
Campur kedua larutan, lalu saring.
Minum hangat-hangat.
Modisco III
Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, aduk hingga rata.
Tambahkan minyak dan 1/2 bagian air panas.
Aduk hingga rata dan saring larutan bubur modisco tersebut
* Agar Modisco lebih tahan lama, ditim terlebih dahulu selama 15 menit.
Bubur Tempe
Prosedur
  1. Tempe dikukus / direbus, kemudian dihaluskan dengan blender
  2. Tepung beras, gula, mentega / minyak, air, dimasukkan jadi satu ke dalam panci dan dibuat bubur
  3. Tempe yang sudah halus dicampur ke dalam adonan nomor 2 kemudian diaduk sampai masak
  4. Siap dihidangkan
Sumber Pedoman Pelaksanaan Administrasi dan Managemen Instalasi Gizi RSU Muntilan Kab. Dati II Magelang , 1997
G.        Pengkajian
1.      Riwayat status sosial ekonomi
2.      Riwayat pola makan
3.      Pengkajian antropometri
4.      Monitor hasil lab
5.      Timbang berat badan
H.    Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.      Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya intake nutrisi
Intervensi :
a)     Kaji Antropometri
b)     Sajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
c)      Berikan makanan tinggi TKTP mineral dan vitamin
d)     Frekuensi makan dapat ditingkatkan setiap 3-4 jam dan selingi dengan makanan kecil
e)     Beri motivasi kepada pasien agar mau makan.
f)       Beri makan lewat parenteral ( D 5% )
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake cairan yang kurang adekuat
Intervensi :
a)        Ukur tanda vital pasien
b)        Berikan cairan lewat oral maupun parenteral
c)         Anjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
d)        Ukur input dan output tiap 6 jam
e)        Kaji tanda dehidrasi
  1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
    Intervensi :
a)        Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b)        Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
c)         Latih dan membimbing dalam merubah posisi.
d)        Bantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar