Kamis, 27 Oktober 2011

askep anak meningitis

1.       Definisi
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.(Harsono, 2000:169)

2.       Etiologi
a.      Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
b.      Penyebab lainnya Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
c.       Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
d.      Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan

3.       Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
a)      Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b)      Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. (Smeltzer, 2001)

4.       Manifestasi Klinis
a)      Neonatus :  Menolak untuk makan, refleks mengisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, menangis lemah
b)      Anak-anak dan Remaja  :  Demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikiuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi fotophobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, kaku kuduk.
c)      Bayi dan anak-anak ( usia 3 buLan – 2 tahun ) :  demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk

5.        Pengkajian
a)      Riwayat keperawatan : Riwayat kelahiran, peny. Kronis, neoplasma, Riwayat pembedahan pada otak, cedera kepala
b)      Pada neonatus : Kaji adanya perilaku menolak untuk makan, reflek mengisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak, menangis lemah
c)       Anak-anak dan Remaja  :  Demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikiuti dengan perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi fotophobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, kaku kuduk.
d)      Bayi dan anak-anak ( usia 3 buLan – 2 tahun ) :  demam, malas makan, muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk

6.        Pemeriksaan Diagnostik
a)      Punksi Lumbal  :  Tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat
b)      Kultur darah
c)       Kultur swab hidung dan tenggorokan

7.        Pelaksanaan Terapeutik
a)      Isolasi
b)      Terapi anti mikroba  :  antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi per IV
c)       Mempertahankan hidrasi optimum  :  mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral
d)      Mencegah dan mengobati komplikasi  :  aspirasi efusi subdural pada bayi, terapi heparin pada anak yang mengalami DIC
e)      Mengontrol kejang  :  pemberian terapi anti epilepsi
f)       Mempertahankan ventilasi
g)      Mengurangi meningkatnya TIK
h)      Penatalaksanaan syokbakterial
i)        Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
j)        Memperbaiki anemia

8.        Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.  Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
   Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
   Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil
   Tanda-tanda vital dalam batas normal
   Rasa sakit kepala berkurang
   Kesadaran meningkat
   Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Intervensi
   Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
R/ Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
   Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
R/ Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut
   Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
R/ Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi.
   Monitor intake dan output
R/ hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
  Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
R/ Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
   Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. 
R/ Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
   Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen
R/ Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
   Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. 
R/ Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler.
     Menurunkan edema serebri
R/ Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang.

2.  Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 60 - 100 x/menit, RR  24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis
INTERVENSI
     Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi
                R/ mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh
     Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
                R/ Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
     Pertahankan suhu tubuh normal
R/ suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh
     Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak
       R/ proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
     Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak
       R/ Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
     Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
R/ Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat
     Atur sirkulasi udara ruangan
       R/ Penyediaan udara bersih
     Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
       R/ Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
     Batasi aktivitas fisik
       R/ Aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas

3.  Infeksi sehubungan dengan adanya kuman patogen pada cairan serebrospinal dan sekret saluran pernapasan.
Tujuan  :
    Pasien bebas dari infeksi
    Komplikasi-komplikasi meningitis bakterial dapat dicegah dengan terapi.

Intervensi  :
      Gunakan isolasi pernapasan selama 24 jam setelah permulaan terapi antibiotika untuk meningitis bakterial
R/ Terapi dini antibiotika penting untuk mencegah komplikasi-komplikasi meningitis bakterial Setiap jam itu penting
    Gunakan pelindung sekret selama dirawat karena meningitis
      R/ Mencegah penularan selama waktu penularan yang tinggi
    Anjurkan orang-orang yang kontak dengan pasien diperiksa dan diobati
      R/ Mencegah penularan kuman dan mengurangi resiko infeksi dari orang-orang yang kontak dengan pasien
    Bantu kumpulkan CSS. Catat jumlah dan karakterisik CSS. Beri antibiotika sesegera mungkin sesuai instrusi.
      R/ Sebagai diagnosa laboratorium untuk kuman penyebab dan mencegah penularan

askep anak kurang kalori protein

A.     Definisi
Suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat  (Klaus & Fanaroff. 1998 )
Tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh ( Suriadi & Rita. 2001 )
B.     Klasifikasi
1)     Marasmus yaitu keadaan kurang kalori
2)     Kwashiorkor yaitu keadaan kekurangan protein yang parah
C.      Etiologi
  1. Marasmus
a)     Masukkan kalori yang kurang akibat kesalahan pemberian makanan.
b)     Penyakit metabolik
c)      Infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lainnya
2.      Kwashiorkor
a )  Diare yang kronik
b)    Malabsorbsi protein
c)    Sindrom nefrotik
d)    Infeksi menahun
e)    Luka bakar
f)     Penyakit hati.
D.  Manifestasi Klinis
  1. Marasmus
a)     Perubahan psikis , anak menjadi cengeng, cerewet walaupun mendapat minum.
b)     Pertumbuhan terganggu
c)      Berat badan anak menurun
d)     Jaringan subkutan menghilang ( turgor jelek dan kulit keriput )
e)     Hipotoni akibat atrofi otot
f)       Kulit keriput
  1. Kwashiorkor
a)     Anak tampak sembab, latergik, cengeng dan mudah terangsang, pada tahap lanjut anak menjadi apatis dan koma.
b)     Pertumbuhan terlambat
c)      Udema
d)     Anoreksia dan diare.
e)     Jaringan otot mengecil, tonus menurun, jaringan subcutis tipis dan lembek.
f)       Rambut berwarna pirang , berstruktur kasar dan kaku serta mudah dicabut.
g)     Kelainan kulit, tahap awal kulit kering, bersisik dengan garis-garis kulit yang dalam dan lebam, disertai defesiensi vitamin B kompleks, defesiensi eritropoitin dan kerusakan hati.
h)      Anak mudah terjangkit infeksi
i)       Terjadi defesiensi vitamin dan mineral
E.      Patofisiologi
    Penyakit malnutrisi dengan kekurangan kalori protein atau tidak mencukupinya makanan bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus dan kwashiorkor
    Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan karena kekurangan protein baik dari segi kwalitas maupun kuantitas.  Kekurangan protein dalam makanan akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh hati.  Kulit akan bersisik dan

kering karena depigmentasi.  Anak dapat mengalami gangg. pada mata karena kekurangan vit. A.  Kekurangan mineral khususnya besi,kalsium,dan seng.  Edema yang terjadi karena hypoproteinemia yang mana cairan akan berpindah dari intravaskular kompartemen ke rongga interstitial yang kemudian menimbulkan acites.  Gang. gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel acini pankreas
    Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori.  Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subcutan dan badan tampak kurus seperti orang tua.  Pada marasmus metabolisme agak terganggu daripada kwashiorkor, sehingga kekurangan vit atau tidak ada.  Pada marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hypoalbuminemia atau retensi sodium.  Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein sebagai sumber energi
F.      Penatalaksanaan
  1. Diit TKTP mineral dan vitamin
Makanan tinggi kalori tinggi protein 3,0-5,0 g/kgBB
Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/har
2.    Pemberian terapi cairan dan elektrolit
200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor
250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
  1. Penanganan diare bila ada



DIIT
·         Modisco
ü  Modisco I
ü  Modisco II
ü  Modisco III
·         Bubur Tempe
MODISCO I
Bahan                        : Susu skim 10 g atau full cream 12 g, Gula 5 g, Minyak 5 g
Nilai Gizi       : Energi : 100 kal, Protein : 3,6 g, Lemak : 5 g
Catatan          : Diberikan kepada KEP berat dengan Edema,100 kkal/kg BB/hari
MODISCO II
Bahan               :Susu skim 10 g atau full cream 12 g, Gula 5 g, Margarin 5 g
Nilai Gizi       : Energi : 100 kal, Protein : 3,6 g, Lemak : 4 g
Catatan          : Diberikan pada KEP tanpa Edema,125 kkal/kg BB/hari
MODISCO III
Bahan            :Susu full cream 12 g (1 1/4 sdm) atau susu segar 100 g (1/4 gelas), Gula 7,5 g (11/4 sdt), Margarin 5 g (1/2 sdm)
Nilai gizi        : Energi : 130 kal, Protein : 3 g, Lemak : 7,5 g
Catatan           :Diberikan setelah Modisco I dan II, 150 kkal/kg BB/hari, Pemberian makanan sesuai umur, selera, daya cerna, disamping pemberian Modisco
Sumber : Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo
Cara Pembuatan Modisco
Modisco I:
Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air hangat/panas.
Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Saring dan minum hangat-hangat
Modisco II:
Larutkan margarin dalam air.
Larutkan susu dan gula dalam air.
Campur kedua larutan, lalu saring.
Minum hangat-hangat.
Modisco III
Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, aduk hingga rata.
Tambahkan minyak dan 1/2 bagian air panas.
Aduk hingga rata dan saring larutan bubur modisco tersebut
* Agar Modisco lebih tahan lama, ditim terlebih dahulu selama 15 menit.
Bubur Tempe
Prosedur
  1. Tempe dikukus / direbus, kemudian dihaluskan dengan blender
  2. Tepung beras, gula, mentega / minyak, air, dimasukkan jadi satu ke dalam panci dan dibuat bubur
  3. Tempe yang sudah halus dicampur ke dalam adonan nomor 2 kemudian diaduk sampai masak
  4. Siap dihidangkan
Sumber Pedoman Pelaksanaan Administrasi dan Managemen Instalasi Gizi RSU Muntilan Kab. Dati II Magelang , 1997
G.        Pengkajian
1.      Riwayat status sosial ekonomi
2.      Riwayat pola makan
3.      Pengkajian antropometri
4.      Monitor hasil lab
5.      Timbang berat badan
H.    Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.      Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya intake nutrisi
Intervensi :
a)     Kaji Antropometri
b)     Sajikan makanan yang dapat menimbulkan selera makan
c)      Berikan makanan tinggi TKTP mineral dan vitamin
d)     Frekuensi makan dapat ditingkatkan setiap 3-4 jam dan selingi dengan makanan kecil
e)     Beri motivasi kepada pasien agar mau makan.
f)       Beri makan lewat parenteral ( D 5% )
2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d intake cairan yang kurang adekuat
Intervensi :
a)        Ukur tanda vital pasien
b)        Berikan cairan lewat oral maupun parenteral
c)         Anjurkan agar minum yang banyak kepada pasien
d)        Ukur input dan output tiap 6 jam
e)        Kaji tanda dehidrasi
  1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
    Intervensi :
a)        Kaji aktivitas pasien sehari-hari
b)        Bantu pasien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya
c)         Latih dan membimbing dalam merubah posisi.
d)        Bantu pasien melekukan aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan.